Saturday, October 21, 2006
KASIH SAYANG SEJATI
Oleh: Ummu Toriq Al-Eiz*

September, Bandara Kairo 2008
Malam yang cerah dimusim semi dihiasi bulan dan bintang membawa keindahan panorama kota Kairo. Nampak kaki-kaki melangkah membawa seribu makna, ada yang terburu-buru ada pula yang santai saja. Semua manusia berjalan dengan membawa kepentingan masing-masing. Sudah 1 jam Mira dan kawan-kawan menunggu kedatangan adik-adik kelas yang ingin melanjutkan study di Bumi Kinanah ini. Tapi batang hidung mereka belum nampak juga. Ada prasangka, apakah masih ceck out atau jangan-jangan hilang dan tersesat. Berjuta perasaan datang silih berganti membawa kekhawatiran yang tak kunjung reda.
"Nah tu ada yang keluar, nampaknya wajah Asia ". kata Rini dengan pasti. "Tapi bukan yang itu orangnya, akupun ingat-ingat lupa. Maklumlah jarak kami kakak adik kelas cukup jauh. Sekarangpun mungkin ia sudah berubah menjadi dewasa". kata Mira tak pasti. "Rika, tolong keluarkan kertas yang aku tulis tadi..." perintah Mira pada temannya yang juga sedang menjemput kedatangan adiknya. Nampak satu buah kertas yang cukup besar dengan tulisan yang sangat terang berukirkan sebuah nama terpampang diatasnya. ANA NURISTA, itulah calon mahasiswi baru yang sedang ditunggu Mira. Setelah banyak wajah-wajah Asia keluar dari ceck out dan disambut mesra oleh kakak-kakak juga panitia penjemputannya, nampak dari muka mereka perasaan senang dan bahagia terutama wajah-wajah calon mahasiswa baru yang membawa seribu harapan dibumi ini. Walaupun pada hakekatnya mereka juga sedih karena berpisah dengan orang-orang yang sangat dicintai di daerahnya, tapi demi amanat Allah untuk terus berjuang menuntut ilmu agama, mereka rela berkorban untuk berjauhan dengan kampung halaman. Letih tangan Mira mengangkat kertas tinggi-tinggi supaya terbaca oleh empu yang punya nama. Sesosok tubuh tinggi semampai dengan jubah berwarna coklat tua mendekati Mira.
"Assalamu`alaikum kak Mira...dah lama
menunggu kak?"
"Eh...eh...nggak...nggak ko` ". Balas Mira. Kata-katanya gugup karena terkejut. Tapi dalam hati bilang
"nggak salah ". hehhehehe
" Maaf kak, tadi Ana tertukar koper sama orang Cina" Ana menjelaskan. Ditroli samping kanannya ada sebuah koper besar yang mungkin isinya pakaian, sedang diatasnya ada satu koper lagi lebih kecil berisi makanan dari tanah air.
"Ga apa-apa. Yuk kita pulang ". jawab Mira sambil membawa koper Ana menuju ke bus panitia. Bus yang ditumpangi membawa laju para mahasiswa dan mamahasiswi itu ketempat tinggal masing-masing. Ada yang pergi ke Asrama ada juga yang tinggal diperumahan bersama kakak kelas atau kenalannya.
" Hidup di Mesir itu penuh dengan cobaan. Tinggal bagaimana caranya kita pandai-pandai menjaga diri. Karena disini 'ga ada yang mengontrol gerak gerik kita kecuali diri kita sendiri, dan juga yang perlu diingat adalah jangan lupa pesan ayah ibu, mereka tentunya mengharapkan kita bisa belajar dengan baik". Panjang lebar Kak Mala, senior rumah menjelaskan tentang kehidupan dan bagaimana tata cara bergaul dilingkungan Mesir ini. Para junior rumah mendengarkan dengan penuh perhatian.
Rumah itu diisi dengan enam mahasiswi, dua orang senior dan empat mahasiswi baru. Keadaan sangat tidak mengizinkan penghuni rumah itu untuk
tinggal dengan sedikit kepala karena sangat susahnya mencari rumah pada saat ini.

**********************************

"Kak Mira, Ana minta izin pindah rumah " pinta Ana pada seniornya. Mira menatap mata Ana dengan penuh keheranan. "Kenapa ana? Apakah Ana ga betah disini?, atau Ana ada masalah? Mungkin kakak bisa bantu?"
"Ga kak, Ana Cuma pingin ganti suasana. Lagipun sekarang Ana pingin tinggal sama teman yang satu jurusan biar mudah belajar ". kata Ana menjelaskan.
Sedih mata Mira menatap Ana. Bagaimana tidak? Dialah satu-satunya adik kelas yang ada di Mesir. Dan ini juga pertanda satu amanat besar baginya untuk menjaga junior yang masih sangat mentah. Lagipun Mira belum tahu jelas dengan siapa Ana akan tinggal. Tapi keinginan Ana sepertinya tidak bisa untuk ditahan. Teman-temannya sudah berkali-kali menasehati, tapi bak kata pepatah; kalau mau seribu daya dan upaya, kalau
tak mau seribu kata dan alasan.

******************************

Malam berganti siang, dam musim berganti musim. Setelah empat bulan kepindahan Ana dari rumah, Mira merasa sangat rindu karena dia tak pernah lagi mendengar kabar lagi dari Ana. Seolah-olah dia pergi bagai ditelan bumi. Tiada kabar dan berita. Ketika ditelpon ada saja kegiatan organisasi yang sedang menyibukkannya. Ketika di-sms tak pernah ada balasan.
"Mungkin kegiatannya terlalu padat sampai tak sempat membalas smsku. Entah bagaimana keadaannya sekarang " bisik hati Mira berusaha untuk husnudzan. Ana adalah satu-satunya adik kelas yang ada dibumi Mesir ini. Dan itu menyebabkan mira merasa bertanggung jawab penuh untuk memberinya petunjuk dan pengajaran.
"Kak Mira..!!" terdengar sebuah panggilan mengejutkan Mira dari lamunannya.
"Oh Atik...bukannya salam dulu, malah buat orang kaget" muka Mira pura-pura cemberut. Nampak Atik datang dengan nafas ngos-ngosan menampakkan keadaan yang begitu sangat letih. Entah karena rumahnya yang terletak dilantai lima atau karena udara musim panas yang begitu menyengat.
"Assalamu`alaikum kak Mira..." sambil ngos-ngoosan Atik menguucapkan salam
"Wa`alaikum salam.. nah gitu dong. Ni minum dulu" Mira menyodorkan segelas air putih ketangan Atik. Atik langsung menyambutnya dengan penuh semangat. Lega sudah kerongkongan Atik setelah dibasahi beberapa teguk air.
"Kak..." katanya memulai pembicaraan...nampak dari nada suaranya yang menggantung seolah-olah minta perhatian penuh.
"Hem..." jawab Mira sambil meletakkan buku yang ada ditangannya.
"Tadi Atik jumpa dengan Ana, tapi kelihatannya dia menghindar. Atik lihat dia dah banyak berubah ..." Atik tidak melanjutkan perkataannya. Dari perkataannya nampak ada rahasia yang takut jika diketahui Mira.
"Berubah bagaimana maksudmu Tik?" matanya mendelik minta penjelasan. Mungkin keadaan Mira yang sedang sibuk menulis tesis di Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir mengakibatkannya jarang berjumpa dengan Ana di Kuliah.
"Atik lihat Ana sudah banyak perubahan. Nampak dari cara pakaian dan gaya hidupnya yang tak mencerminkan mahasiswi belajar agama ". kata Atik dengan penuh nada penyesalan. Diteguknya sekali lagi air yang terletak disampaingnya. Nada suaranya diatur selembut mungkin agar tidak melukai hati senior yang sangat ia hormati.
"Jangan su'udzan Tik, tak baik itu. Mungkin kamu salah melihat orang, mungkin bukan Ana". Mira mengingatkan Atik supaya jangan cepat menuduh. Nampak dimukanya suatu kesedihan yang berusaha dia sembunyikan. Suasana hening sejenak. Kemudian Atik melanjutkan perkataannya untuk meyakinkan apa yang dia tahu tentang seorang insan yang dulu pernah berada dan tinggal bersama mereka.
"Atik 'ga suudzan kak, mungkin 'ga ada teman atau senior yang menegur dan mengingatkan dia, sehingga dia hidup begitu bebasnya tanpa ingat lagi tujuan kedatangannya kesini". Kata-katanya terpotong, sejenak Atik terdiam. Ditatapnya mata senior yang duduk didepannya dengan teliti. Nampak diraut muka Mira wajah ayu begitu setia mendengar bayan Atik, kemudian Atik melembutkan suaranya, takut kata-katanya menggoreskan hati Mira.
"Teman serumahnya yang satu Fakultas dengan Atik bilang kalau ayah Ana kerja sebagai pengusaha tekstil di Jakarta. Kak…bukan Atik menuduh, Cuma kasihankan pada Ana. Mereka tinggal dirumah dengan sewa LE 800 perbulan dengan tiga orang saja. Apa itu tidak akan memberatkan Ana? Walaupun tujuan utama kepindahan Ana untuk belajar tapi kenyataannya pergi kuliahpun Ana sering absent".
Mira yang sedari tadi diam mendengarkan laporan Atik langsung angkat kepala. Matanya menerawang mengingat saat-saat pertama kali Ana menginjakkan kaki di rumah itu. Nampak satu wajah lugu dan polos yang betul-betul ada harapan untuk belajar agama demi menggapai cita-cita dan masa depan.
"Kak, Ana mau belajar ilmu agama supaya nanti ketika pulang bisa bawa manfaat untuk masyarakat. Tolong bimbing Ana ya kak...". pinta Ana dengan semangat. Tujuh bulan ternyata bukan masa yang panjang untuk mengubah seseorang itu menuju kebaikan atau sebaliknya. Memang tak bisa diduga. Negera Mesir yang sangat aneh dan misterius, dari orangnya, adatnya, tabiat masyarakatnya, makanannya bahkan pelajarnya.
"Apa yang bisa kakak lakukan Atik? Kakak dah berusaha menghubunginya, mencaritahu kabarnya, tapi Ana terlalu sibuk. Kita doakan semoga dia baik-baik saja, karena itu adalah kemauannya untuk lebih bisa konsent dalam study ".
"Ok kak, Atik masuk kamar dulu". Atik menyudahi pembicaraan.
"Hari ni makan siangnya apa? Lapar nih…". Atik meninggalkan Mira. Matanya sedikit melirik kearah dapur mencari sesuatu yang bisa untuk mengganjal perutnya. Nampak dimeja makan terhidang satu periuk nasi, sayur lodeh dan ikan goreng sambel trasi.
"Wah sedapnya. Pasti ni masakan kak Mira ".
"Hati-hati sambal trasinya pedas, nanti kamu sakit perut!" Mira mengingatkan, dia sudah tahu kalau Atik sangat suka sambal terasi. Tak lengkap rasanya menu makanan tanpa sambal.
"Ana...bagaimana keadaanmu sekarang?" bisiknya lirih...

************************
"Kriiiiiiinggg...kriiiiiiiiiiiing..." terdengar suara telpon berdering diruang tamu.
"Kriiiiiiiiiingg... kriiiiiiiiiing..." telpon terus berdering tanpa ada siapapun yang mengangkatnya.
"Kemana adik-adik ni...." bisiknya dalam hati sambil pergi meninggalkan dapur menuju arah suara. Diangkatnya gagang telpon.
"Assalamu`alaikum...". terdengar suara dari seberang.
"Wa`alaikum salam.." Mira menjawab salam.
"Boleh bicara sama kak Mira?"
"Ya saya sendiri.."
"Kak, ini Lina dan Santi teman serumah Ana".
Deg!!! Dada Mira bergetar. Darah yang mengalir dalam tubuhnya tiba-tiba mengalir dengan cepatnya. Sudah lama dia mencari kabar adik kelasnya itu dan sekarang temannya datang menelpnya. Sungguh Mira sangat rindu pada Ana.
"Bagaimana kabar Ana? Apa dia sehat ? bagaimana kuliahnya?" bertubi-tubi pertanyaan diajukan Mira.
"Alhamdulillah, dia baik. Kak, kami ingin kasih tahu kalau Ana berhutang dengan kami $600. Kami mau gunakan uang itu untuk beli buku. Ana bilang ATMnya belum diisi papanya, tapi dia janji akan lunasi hutangnya
setelah ambil uang dari kakak. Kak Mira ni kakak kandung Ana ya? Sudah satu setengah bulan dia belum bayar hutang. Sebab itulah kami telpon kakak".
Terperanjat hati Mira mendengar pernyataan dari telpon diseberang. Bibirnya tak henti-hentinya beristighfar. Begitu banyak uang yang Ana pinjam untuk kebutuhan harian. Begitu cepatnya dia membelanjakan uang yang diberi orang tuanya, dan sekarang malah ada hutang?? Mira berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya dan dengan setenang mungkin disusunnya kata.
"Untuk apa uang itu Ana gunakan?" Mira berusaha mencaritahu.
"Dia belum bayar sewa rumah empat bulan, kami lihat dia sering makan diluar dan shopping" suara di seberang menjelaskan.
"Shopping ???"
"Baiklah nanti kakak bayar ". Mira memastikan. Ditutupnya gagang telpons setelah menjawab salam".
"Kenapa Ana berbuat begitu?" terdengar suaranya lirih sambil menghela nafas.
"Tapi bagaimanapun harus dibantu. Ana sedang dalam kesusahan. Tentunya dia sekarang sangat sedih ". Mira melihat laci tabungannya. Ada beberapa lembar dolar. Dihitungnya uang yang ada.
"Ah...masih kurang " dihitungnya lagi lembaran-lembaran uang pound. Tetapi masih belum mencukupi untuk membayar hutang Ana.

***************************

Sore berganti petang. Sang surya sejenak merebahkan tubuhnya diufuk barat untuk beristirahat. Terdengar suara insan sedang beramai-ramai melantunkan ayat-ayat Allah. Begitu indah dan merdu. Mentafakkuri makna ayat yang tersirat didalamnya serta mensyukuri segala nikmat yang selama ini dikaruniakan pada mereka. Damai hati ini mendengarnya. Mira, Mala, Ade, Dian, dan Sukma. Penghuni kawasan Sabie` permai.
"Ting tong...." terdengar bunyi bel rumah dipencet. Dian membuka pintu. Sosok tubuh yang tak asing telah berdiri tegak didepan pintu. Disamping kanan kirinya ada dua koper mengelilinginya. Persis seperti ketika
pertama kali ia menginjakkan kaki kerumah itu.
"Masuk Ana, kenapa berdiri didepan pintu?" Dian memegang tangan Ana dan mempersilahkannya masuk kerumah. Tubuh itu langsung menubruk Dian dan air matanya mulai turun. Dian membawanya masuk kedalam. Ditempat shalat Mira, Mala, Ade dan Sukma telah menunggu. Ana lari dansekali lagi langsung menubruk tubuh kecil Mira.
"Kak...maafin Ana. Ana telah banyak berbuat salah pada kakak. Ana telah banyak menyusahkan kakak". Derai air mata bercucuran tak dapat berhenti. Ana terisak-isak. Sesekali tangannya mengambil tisu mengelap butiran-butiran airmata yang jatuh dipipi. Mira membiarkan Ana dalam pelukan. Biarlah tangisnya reda dulu.
"Kak, Ana telah membohongi kakak dan teman-teman..." Ana mulai bicara.
"Sebenarnya kepindahan Ana bukan karena masalah belajar. Ana pingin hidup seperti Lina dan Santi. Bisa makan diluar, shopping dan membeli barang kesukaan. Ana juga telah membohongi mereka yang ayah Ana kerja
sebagai pengusaha, padahal ayah hanya seorang kuli bangunan " tangisnya mengeras.air matanya berderai. Mira dan teman-teman mendengarkan. Mereka merasa iba.
"Demi memenuhi keinginan Ana, Ana terpaksa pinjam uang ke Lina dan santi. Uang yang ayah beri dulu sudah lama habis untuk belanja. Ana bersalah kak.... Ana berdosa sama ayah dan ibu di Kampung. Sekarang Ana
diusir dari rumah, Ana akan kemana kak?". Mira memeluknya erat. Ditenangkannya hati Ana. Teman-teman yang lain berusaha menghibur Ana. Dibesarkan dan ditabahkan hati Ana agar bersabar.
"Ana boleh tinggal disini. Kita ini kan saudara. Kakak ada tabungan. Ana boleh pakai dulu untuk membayar hutang Ana pada Lina dan Santi".
"Ehh kak Mala juga ada sedikit uang. Ana boleh pakai. Masalah rumah tinggallah sama kami. Ana ga usah segan" Mala menambahkan. Dian, Ade dan Sukma juga menghulurkan tangan memberikan sokongan. Tangis Mira mulai reda. Senyumnya mulai mengembang. Ditatapnya wajah kakak dan teman-temannya satu persatu. Dia rasakan begitu ikhlas ukhuwah yang mereka berikan. Begitu tulus kasih sayang yang mereka curahkan. Sungguh tak ternilai harganya.
Kasih sayang seorang teman. Kasih sayang sejati!!!


***********************************

Moral !!!
1. Hiduplah yang sederhana sesuai kemampuan. Jangan berlebih- lebihan dan mubadzir!
2. Jangan sampai kita hidup seperti pepatah "Besar pasak daripada tiang".
3. Hidup dimesir ini hanya beberapa tahun saja, jangan sampai terlena. Setelah itupun kita akan kembali kekampung halaman. Sebagaimana hidup didunia yang fana, akhiratlah kampung abadi.
4. Jangan mudah terpedaya oleh kawan. Mungkin mereka mampu melakukan sesuatu yang kita tak sanggup melakukannya.
5. Ingat pesan ayah dan ibu
6. Ingat tujuan belajar di Mesir
7. Belanjakan apa yang ada dikantongmu seperlunya saja, ingat masih ada hari esok!!!
8. Hidup HAKPW !!! Ayo terus maju!!!!
Wasalam

*Nurul Wahidah
 
posted by iqra at 5:38 PM | Permalink |


1 Comments:


  • At 6:51 PM, Anonymous Anonymous

    sciencedigg leads navigating specify mldk summarizes ashirwad helpful liykbz girl studios
    masimundus semikonecolori