Wednesday, November 29, 2006
JAHILIYAH MODERN
Islam nengajarkan kita tata cara beretika yang baik. Beretika ke sesama, saling hormat-menghormati, sayang- menyayangi dan bermacam etika baik lainnya. Jangankan kepada saudara kita seiman, setunggal seaqidah, kepada saudara kita yang lain suku, lain adat, lain budaya dan yang non muslim pun kita dituntut untuk berlaku baik. Pada hewan sekalipun Islam mengajarkan kita tata cara berbelas kasih kepadanya. Dalam kitab Fiqih disebutkan
"ويجتنب من البول والغائط في الثقب"
Kita semua dilarang keras buang hajat pada tanah yang berlubang, kenapa? Karena dikhwatirkan pada tanah yang berlubang tersebut terdapat hewan melata yang hidup dan tinggal di dalamnya. sehingga hajat kita akan mengganggu bahkan berakibat kematian bagi hewan-hewan melata lainnya.
Islam tidak hanya nengajarkan umatnya berbuat baik kepada manusia saja, tapi sampai pada hewan sekalipun. karena Islam adalah rahmatan li al-’âlamîn (rahmat bagi seluruh alam), tidak hanya untuk manusia saja, tapi juga untuk semuanya. Ironisnya di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, manusia tanpa sadar terjerumus kembali ke zaman pra Islam datang (pen: Jahiliyah). Hanya saja sekarang di era moderenisasi, tapi kebodohannya tidak kalah jauh denga kebodohan zaman dulu. Kenapa bisa sama? Mari kita bahas bersama.
Pertama, jika dulu pada zaman Jahiliyah pra-Islam orang tega mengubur anaknya hidup-hidup. Sekarang kita dapatkan berapa banyak sudah bayi-bayi dan janin yang dibunuh hidup-hidup sebelum sempat mereka lahir kedunia ini. Bukankah ini suatu kejahiliyahan modern? Semua ini disebabkan oleh pergaulan bebas, bacaan dan tontonan-tontonan pornografi yang menjajah pemuda-pemudi kita. Oleh sebab itu Islam mengharamkan pergaulan bebas apalagi sampai pada perbuatan zina sebagaimana Allah berfrman:
قل للمؤمنين يغضوا من ابصارهم ويحفظوا فروجهم – وقل للمؤمنات بغضضن من ابصارهن ويحفظن فروجهن (من الأية 30-31 من سورة النور ) – ولا تقربوا الزنا انه كان فاحشة وساء سبيلا –(من الأية32 من سورة ألإسراء)
Anehnya orang bilang ini adalah lambang pergaulan manusia modern. Kita semua berkeinginan maju dan berkembang seperti Barat, tapi kadang bukan teknologi dan sainnya yang kita tiru, tapi westernisasi-nya, orangnya belum maju seperti Barat, tapi orangnya sudah bergaya kebarat-baratan.
Kedua, dulu ketika zaman Jahiliyah pra-Islam, jika ada wanita di depan rumahnya ada bendera, entah warna apaun itu, berarti wanita ini sedia digauli oleh laki-laki, kapanpun dan dimanapun dia berada. Pada zaman Modern sekarang ini tidak kalah jahilnya dengan jahiliyah pra-Islam. Marilah kita lihat sekarang berapa banyak sudah majalah-majalah pornografi menjajah kita dan wanita-wanita bugil menawarkan dirinya dimajalah itu serayah berkata "apakah anda kurang puas dengan layanan istri anda ataukah layanan istri anda kurang memuaskan segera hubungi servis kami di no xxxx. Atau yang lebih parah bisa didapatkan via internet dengan situs fornonya yang seabreg.hi...serem.
Ketiga, pada zaman pra-Islam banyak orang-orang telanjang pada upacara-upacara pesta jahiliyah sampai pada waktu thawaf mengelilingi Ka'bah. Tapi pada zaman Jahiliyah modern sekarang ini, kita lihat berapa banyak tarian-tarian dan clip-clip CD bugil menjadi tontonan kita, bahkan menjadi rutinitas kita setiap hari. Kalaulah kita sadar, bukankah ini suatu kejahiliyahan baru yang tidak kalah jahilnya dengan jahiliyah pra-Islam dulu?
Ke empat, kalau dulu orang Arab Jahiliyah terkenal dengan sebutan Mudmin al-Khamr (pemabuk berat). Tapi mari kita lihat sekarang berapa banyak sudah manusia yang candu dengan benda-benda haram, seperti narkoba, sabu-sabu dan sejenisnya. Bukankah narkoba dan sabu-sabu itu sama halnya dengan minuman keras, hanya saja namanya yang berbeda. Kalau dulu namanya khamr tapi kini namanya bermacam-macam wisky-lah, Brendy_lah, araklah, tuaklah yang semuanya itu sama bahanya dengan khamr. Oleh sebab itu Allah mengharamkan khamr dan segala sesuatu yang membahayakan diri manusia sebagai mana firmanya:
يا أيها الذين آمنوا انما الخمر والميسر والأنصاب والأزلام رجس من عمل الشيطان فالجتنبوه لعلكم تفلحون (المائدة من الأية 90) قوله- ولا تفتلوا انفسكم ان الله كان بكم رحيما (النساء 29) ولا تلقوا بأيديكم إلى التهلكة واحسنوا ان الله يحب المحسنين (البقرة 195) وقوله صلى الله عليه وسلم " لا ضرار ولا ضرار "
Saudaraku yang berbahagia, khamr, narkoba, arak dan sabu-sabu semuaya membahayakan jasad manusia. Karenanya, Islam mengharamkanya, karna orang yang menghisap narkoba atau khamr akal sehatnya akan hilang dan orang yang sudah hilang akal sehatnya maka tidak ada bedanya dengan orang gila yang melakukan hal-hal yang melanggar syara' ajaran Islam. Tidak tahu lagi mana yang baik, mana yang buruk dan menyebabkan dirinya tercela dan hina di mata masyarakat. orang yang menghisap narkoba biasanya berbuat onar yang menyebabkan permusuhan dan pertenngkaraan antara sesama serta dapat menghalanginya untuk dzikir mengingat allah sebagai mana firmanya:
إنما يريد الشيطان ان يوقع بينكم العداوة والبغضاء في الخمر والميسر ويصدكم عن ذكر الله وعن الصلاة وهل أنتم منتهون (المائدة 91)
Kalau kita fikirkan dan cermati apa bedanya narkoba dan khamr? bukanya ini suatu kejahiliyahan baru? Hanya saja namanya berbeda. Tapi anehnya remaja-remaja kita terbujuk dan tertipu dengan kata–kata orang-orang sesat yang berkata "Anda ingin maju! majulah dengan minuman, karna minuman ini adalah lambang dari kemajuan, dan apakah anda ingin gaul? maka hisaplah narkoba ini, karna narkoba ini adalah lambang dari pergaulan dunia. Maka demi Allah tuhan sekalian alam, ini adalah suatu kejahiliyahan baru yang tidak kalah jahil dan rusaknya dari zaman Jahiliyah .pra-Islam dulu.
Kelima, pada Jahiliyah pra-Islam orang menyembah patung, berhala dan pepohonan (yang sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka), tapi di masa modern sekarang .ini orang sering menyembah pada televisi yang menjadi rutinutas sehari-hari bahkan mengalakan ibadah shalat dan dzikir kepada Allah Swt. karena tayangan televisi tepat pada waktu sholat.
Inilah sekelumit tentang jahiliyah-jahiliyah modern yang berada pada zaman kita sekarang ini dan masih banyak lagi yang tidak mungkin kami tuliskan semua di sini, dan semoga walaupun sedikit bermanfaat bagi kita semua dan akhirnya.pandai-pandailah kita menjaga diri.

*Mahasiswa fak. Syariah Islamiyah tk.II

baca selengkapnya..
 
posted by iqra at 10:29 PM | Permalink | 0 comments
Zakariyya al-Razi ; Dokter Penemu Penyakit Cacar dan Darah Tinggi

Oleh : Yusnelma Eka*

Zakariyya al-Razi atau singkatnya al-Razi merupakan penulis Muslim pertama yang mengarang tentang masalah medis. Ia juga seorang ahli Kimia yang belajar dan bekerja di Baghdad di bawah bimbingan salah seorang murid Hunayn bin Ishak (809-877 M). Selama hidupnya al-Razi telah banyak mengarang karya-karya ilmiah. Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Comprehensive Book" yang mencakup semua pengetahuan medis Timur Tengah, India dan Yunani. Nama lengkapnya adalah Abû Bakar Muhammad Ibnu Zakariyya al-Râzî, sedang di Barat cukup di kenal dengan nama sebutan Razhes.

Al-Razi merupakan saintis pertama yang berhasil mengklasifikasikan berbagai macam zat Kimia ke dalam tiga bagian yakni: mineral-mineral, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Pengelompokan ini di dasarkan pada asumsi bahwa hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan juga mengandung serta tersusun dari unsur-unsur Kimia. Untuk itu, coba kita bandingkan, misalnya dengan klasifikasi versi Jabîr Ibnu Hayyan yang bagianya menjadi: tubuh, nyawa dan akal. Menurut konsepsi al-Razi di atas golongan logam di bagi lagi menjadi: jiwa, tubuh, batu, vitriol, borax dan garam. Benda-benda yang mudah menguap (volatile) dan yang sulit (non-volatile) pun di pisahkannya. Volatile masuk ke dalam golongan tubuh, sedang yang non-volatile masuk ke golongan jiwa atau spirit. Spirit di sini meliputi Sulpur (S), Mercury (Hg), Arsenic (As) dan Salmiac (batu bara, ragi dan zat lemak).

Ia termasuk salah seorang yang terampil melakukan proses-proses Kimia seperti misalnya distilasi, kristalisasi, filtrasi, sublimasi, kalsinasi, sintesa-sintesa serta berbagai macam analisis lainnya. Begitu pula proses-proses khusus untuk keperluan penimbangan.

Selain itu, al-Razi juga banyak menulis buku tentang materi, ruang, nutrisi, waktu, gerak optik, iklim serta alkemi. Dalam lapangan Kimia, salah satu karyanya yang berjudul "Al-Kimia" merupakan buku acuan penting dalam ilmu Kimia.

Selama masa hidupnya, al-Razi mengarang buku-buku ilmiah yang judulnya tak kurang dari 200 buah. Salah satu diantaranya adalah "Al-Hawi" (buku menyeluruh) yang terdiri dari dua julid. Karya ini lebih dianggap sebagai buku induk dalam bidang kedokteran. Agaknya "Al-Hawi" lah yang merupakan karyanya yang terbesar dan luas sesuai dengan namanya. Buku ini di anggap pula sebagai intisari ilmu-ilmu Yunani, Syiria dan Arab. Disamping itu ia pun sertakan dalam bukunya hasil rangkuman ilmu-ilmu kedokteran yang telah ia baca, ia catat, lalu kemudian ia uji keabsahan dan kebenarannya dengan experiment.

Kurang lebih setengah abad setelah wafatnya buku tersebut baru di jumpai dua jilid dan jauh sesudahnya baru ditemukan dalam berbagai Musium di Eropa. Istana-istana Kristen Eropa ketika itu mempunyai perhatian besar akan buku tersebut dan merasakan betapa pentingnya bagi para tabib yang di tugaskan untuk menjaga kesehatan keluarga raja-raja. Bahkan raja Charles I dari Anyou bersaudara dari St Louis pejuang perang Salib dan Raja Napels memerintahkan agar "Al-Hawi" di terjemahkan ke dalam bahasa Latin, bahasa resmi ilmu pengetahuan Eropa waktu itu. Penerjemahan di lakukan oleh seorang Dokter Sicilia, Faray Ibnu Salîm bersama dengan Gir Farragut. Salinannya di bubuhi nama-nama yang sesuai dengan keagungan buku ini yakni Continens. Di Eropa terkenal dengan Continent yakni buku yang dapat di pakai untuk seluruh Benua. Dari salinan inilah orang Eropa mengetahui kebesaran dan keagungan Dokter Muslim Razi.

Penemu air raksa dan peneliti cacar

Air Raksa (Hg) yang banyak digunakan dalam dunia kedokteran merupakan hasil penemuan al-Razi. Padahal di Eropa Hg dan Mercury tersebut baru dikenal pada masa Czar Rusia Alexei Mikhailovitsy (1629-1676 M) yang memerintah pada 1645-1676 M.

Buku lain karangannya adalah sebuah ensiklopedi kedokteran yang terdiri dari 10 jilid lebih. Jilid ke-9 buku ini bersama dengan "Al-Qanûn Fî al-Thibb" karya Ibnu Sina, hingga abad ke-16 M. masih merupakan dasar dari kuliah-kuliah tentang kedokteran di universitas-universitas di Eropa. Di samping itu ia pulalah yang mencurahkan segenap pikiran untuk mendiagnosa penyakit cacar, serta menulis buku mengenai anak-anak dan telah menggunakan infeksi urethral (saluran kencing dan sperma).

Dalam salah satu karyanya al-Razi memberikan informasi yang sangat menarik perhatian para peneliti yaitu tentang small-pox (penyakit cacar). Untuk jasa ini ia dianggap sebagai sarjana yang mula-mula meneliti penyakit tersebut. Ia membedakan penyakit ini menjadi cacar air (Variola) dan cacar merah (Rougella). Seton (tumpal muka) merupakan pula hasil penemuan al-Razi. Buku "Al-Asrâr" (rahasia-rahasia) adalah salah satu karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard dari Cremona pada abad ke-12 M. Buku ini sampai abad ke-19 M. Menurut Dr. Gustave Le Bon dalam salah satu karangannya masih tetap menjadi buku pegangan praktikum kedokteran.

Al-Razi pula yang pertama kali melakukan pengobatan khas dengan pemanasan saraf, ia mengemukakan kai, yakni pengobatan yang mirip dengan cara Akupuntur (sekarang telah amat populer), dengan cara menusukan noktah-noktah tertentu pada tubuh dengan besi-besi yang pipih runcing dan telah dipanaskan dengan minyak mawar atau minyak cendana. Dalam buku ini al-Razi memaparkan pula berbagai macam luka serta penggunaan kayu pengapit dan cendana (spalk) untuk keperluan patah tulang. Lebih jauh lagi ia menguraikan tentang sakit perut yang disebut batr (potong) dan fatq (koyak). Ia tidak menggunakan penyakit tersebut sebagai koyak (rupture,inflishaman) melainkan sebagai akibat memuainya pembuluh darah kelambung dan khasyiah-nya.

Karangan al-Razi lainnya "Al-Judarî Wa al-Habsahh (cacar dan campak) telah diterjemahkan oleh J. Ruska dengan judul "Al-Razi's Bush; Geheimnis der Geheimnisse". Selain edisi bahasa Inggrisnya sejak tahun 1498-1866 M. telah dicetak sebanyak 40 kali. Buku ini pulalah yang memberi pengetahuan kepada para dokter Eropa tentang liku-liku penyakit tersebut diatas.

*Alumni 38 PP. Wali Songo


baca selengkapnya..
 
posted by iqra at 10:20 PM | Permalink | 1 comments
Allâhumma Ballighnâ Ramadhân
Oleh : Ulfa Mariatul Qibtiyah*

Fajar 1 Syawal telah menyingsing di ufuk timur, lantunan "Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar" bergema di jagad alam raya ini. Takbir, Tahmid, dan Tahlil tak henti-hentinya dilantunkan umat Islam sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang tak terhingga, yaitu syukur setelah sebulan penuh kita di tempa dalam Madrasah Ramadhan yang sarat nilai dan makna. Kita sebagai insan Muslim, dengan wajah yang cerah melangkahkan kaki menuju Masjid atau lapangan untuk melaksanakan shalat Ied berjamaah, setelah usai shalat kita berjabat tangan saling bermaaf-maafan yang bertujuan untuk menghapus segala kesalahan yang ada diantara sesama Muslim, baik yang disengaja atau tidak di sengaja.

Begitu agung pesan-pesan Ramadhan yang hendak Allah sampaikan kepada insan yang beriman, melalui beragam 'amaliyah 'ubudiyah seperti shaum, shalat tarawih, tilawah Al-Qur'an, sedekah, zakat, dan i'tikaf, karena Allah Swt. ingin agar pesan-pesan Ramadhan itu kita tangkap, hayati, dan diaktualisasikasn dalam keseharian hidup kita sehingga kita semua diharapkan menjadi insan yang bertakwa.

Sekarang kita telah menggapai kemenangan itu, kemenangan Idul Fitri, yang berarti kembali kepada kesucian (fitrah).hal ini merupakan puncak pencapaian spiritualitas yang sangat kita damba dan tentunya membahagiakan diri kita sebagai Muslim. Akan tetapi kita perlu merenung sejenak. Sudahkah kita meraih tujuan dari shaum Ramadhan kita? Sudahkah kita memperoleh penyucian jiwa (tazkiyatun-Nafs) yang selama 11 bulan terlumuri oleh berbagai kotoran, noda, dan dosa yang telah mereduksi nilai kemanusiaan kita? hanya diri kita pribadi yang bisa menjawab pertanyaan diatas. So pasti kita tidak ingin Ramadhan ini menjadi ritual tahunan yang kosong tanpa makna, kita tidak ingin ibadah Ramadhan ini seperti tong kosong yang nyaring bunyinya, karena kita tidak tau apakah kita masih diizinkan oleh-Nya untuk bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan? Boleh jadi usia kita hanya tinggal hari ini atau detik ini, berprinsiplah "hanya hari ini aku hidup". Jika memang hanya hari ini kita masih bisa bernafas kenapa kita harus mengakhirkan waktu shalat, merasa dengki, berghibah, tidak menolong orang yang membutuhkan, menunda-nunda untuk mengintrospeksi diri dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sebenarnya bisa kita lakukan saat itu juga.

Kita tahu bagaimana keadaan bangsa kita tercinta saat ini, begitu banyak ujian yang menimpa bangsa Indonesia. Jauh sebelum Ramadhan, bencana demi bencana susul menyusul; krisis moral, krisis moneter, krisis sumber daya alam hingga krisis iman pun melanda para generasi Islam bangsa kita. Disamping itu bencana kemanusiaan pun datang; kerusuhan, kelaparan serta tragedi kemanusian lainya menjamur dimana-mana. Ramadhan semestinya menjadi bulan perenungan, bulan introspeksi. Dengan hanya bersedih saja tidak akan membawa hasil apa-apa, Kesabaranlah yang seharusnya menjadi sikap, disamping muhasabah untuk senantiasa merubah diri menjadi lebih baik. karena dengannya akan jiwa manusia secara fitrah akan merasa lebih damai. Ketabahan akan lebih memberikan hal-hal positif dari pada kelemahan

Mari kita jadikan Idul fitri sebagai momentum untuk melakukan koreksi menyeluruh terhadap berbagai praktek kehidupan sosial keagamaan dan kemasyarakatan kita. Agar bangsa Indonesia kembali ke fitrah. Kembali kepada Indonesia yang bercita-cita luhur. Seiring dengan cita-cita mulia para pahlawannya. Indonesia tanah air kita bersama.

*Mahasiswi tk II fak. Bahasa Arab


baca selengkapnya..
 
posted by iqra at 10:04 PM | Permalink | 0 comments
The Power Of Giving
Oleh: Mu'tashim El-mandiri*
Refleksi Kesadaran Hidup

"Perumpamaan orang yang meninginfakkan hartanya dijalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah maha luas, dan maha mengetahui" (al-Baqarah). Dalam firman yang lainnya "Dan perumpamaan orang menginfakkan hartanya untuk mencari ridho Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak didataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahhan dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan" (al-Baqarah).

Shubhânallâhi wa al-hamdulillâhi wa lâ ilâha illallâhuwallâhu Akbar. Maha suci Allah segala puji baginya dan sungguh tidak ada tuhan selain Allah yang maha besar. Begitu besar ni'mat Allah yang diberikan pada kita tanpa kita sadari, sehingga pekerjaan apapun yang kita kerjakan seharian dapat terlaksana dengan baik. jika kita mau renungi, sebenarnya apa yang ada dalam diri kita sangat mahal harganya. Organ tubuh sebagai contoh kecilnya, yang tidak bisa dibayar dengan uang jutaan rupiah hatta dengan materi apapun. Mengapa tidak bisa? coba bayangkan apakah anda mau dibayar dengan harga 100 juta atau satu milyar dengan syarat rela melepaskan 2 biji mata yang kilau warnanya nan indah yang anda miliki? atau anda mendapat ta'min (baca: jaminan) biaya hidup selama tujuh turunan dengan syarat kedua ginjal anda yang sempurna itu diambil sebagai penggantinya? tentu penulis yakin kita semua pun tidak ingin seperti itu.

Maka, marilah kita banyak bersyukur dengan apa yang kita miliki pada saat ini, karena belum tentu apa yang kita miliki saat ini dapat dimiliki oleh orang lain. Biarkan orang lain bahagia dengan apa yang ia miliki karena Allah Swt. telah menetapkan nasib setiap hambanya. Tapi apakah dengan duduk diam menerima ketetapan-NYA itu baik menurut syara'? terus bagaimana dengan saudara kita yang ditakdirkan oleh-NYA menjadi faqir apakah kita biarkan begitu saja dengan alasan "itulah takdirnya!" sedangkan kita saat ini cukup bahagia dengan harta titipan-NYA? Berinfak..,ya hanya dengan cara infaklah kita dapat membantu mereka yang sangat membutuhkan bantuan dari kita guna membiayai hidup mereka. Begitu banyak saudara-saudara kita yang masih manggantungkan biaya hidup dengan memungut sampah-sampah dipinggiran jalan, mengamen dengan mengandalkan sepotong kayu yang diselipkan tutupan-tutupan botol, ironisnya yang melakukan pekerjaan tersebut adalah anak-anak dibawah umur, yang notabene seharusnya merasakan bangku sekolah dan kasih sayang orang tuanya. Dimana letak rasa moral kita ketika itu semua dihadapkan pada diri kita?


Ada sebuah kisah menarik tentang seorang anak miskin yang belum membayar tagihan iuran bulanan Sekolah selama 6 bulan lamanya, pada hari ketika ia dipanggil oleh Kepala Sekolah guna menanyakan tentang sebab tunggaan iuran tersebut, dengan penuh iba sang anak berkata "Bukan saya ingin semuanya ini terjadi pada diri saya, tapi takdirlah yang menentukan ini semuanya pak! orang tua saya tidak mampu membayar bulanan". Tersentak hati sang guru, maka disuruh pulanglah anak yang dihadapannya. Sepulang dari Sekolah si anak tadi mengadu peristiwa tersebut kepada ibunya, maka sang Ibu pun dengan sentak mengatakan "Mari nak besok kita akan membayar tagihan iuranmu". Legalah hati anak saat itu, meski ada pertannyan mengganjal di hatinya "Dari mana Ibu dapat uang untuk bayar iuran?". Keesokan harinya sang Ibu dan anaknya pergi ke Sekolah dengan membawa buku iuran bulanan yang telah kusam warnanya, namun kosong tanpa ada tanda kelunasan satu bulan pun. Belum sempat sampai di Kantor Administrasi sekolah, mereka berdua dihadang oleh seorang Ibu tua renta dengan membawa anaknya yang juga kebetulan sekolah di tempat itu. Dengan tidak basa-basi si ibu yang renta itu pun berkata kepada Ibu si anak tersebut "Buk! anak saya belum membayar iuran sekolahnya selama satu tahun lamanya sehingga sering kali diperingati oleh sekolah untuk tidak lebih dari satu tahun, apakah boleh saya pinjam uang ibu walaupun hanya bisa untuk membayar satu atau dua bulan saja?" maka sang Ibu itupun menjawab "Nasib kita juga sama buk, tapi bedanya anak saya hanya belum membayar sampai enam bulan saja", dengan penuh ikhlas sang ibu memberikan uangnya sebesar Rp. 50.000 yang direncanakan untuk membayar tagihan iuran anaknya. Merujuk kembali dengan ayat diatas. Selang berapa hari setelah kejadian tersebut anak tersebut dipanggil oleh gurunya guna mewakili Sekolah mengikuti final cerdas cermat tingkat Kabupaten. Sebenarnya sudah ada perwakilannya tapi karena salah satu dari mereka sakit dan tidak bisa mengikuti final, maka anak itupun yang menggantikannya. Tiba waktu perlombaan, akhirnya mereka pulang dengan membawa kemenangan. Ia pun mendapatkan hadiah berupa beasiswa selama pendidikan sekolahnya selesai. Subhanallâh tidak disangka dengan hanya menginfakkan beberapa uang yang kita miliki kepada yang lebih membutuhkan, maka balasannya pun berlipat ganda dari yang ia berikan sebelumnya "Sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janjinya". Siapa yang menyangka anak tersebutlah yang dipilih oleh sekolah untuk menggantikan temannya yang sakit, padahal ia tidak terlalu pintar dimata para gurunya dan teman-temannya. Siapakah yang mengatur ini semua? Penulis yakin dan kita pun sepakat tentulah Allah Swt. yang mengatur ini semua. Inilah yang dinamakan "THE POWER OF GIVING".

Dari sepotong cerita tersebut dapat kita ambil intisari, bahwa orang yang bersedekah akan mendapatkan limpahan rizki dan berkah sesuai dengan apa yang ia kerjakan bahkan dilipat gandakan. Dan bukan itu saja, bersedekah selain bertujuan untuk ibadah sosial, ia pun dapat menjadi penghalang seseorang dari bahaya. logikanya jika seseorang dikenal sebagai dermawan maka ia pun dipandang masyarakat lebih baik dari pada yang lainnya, sehingga semakin banyak orang lain menyukainya maka ia pun jauh dari bahaya. Begitu juga sebaliknya."Alkaysu man dâna nafsan wa 'amila mâ ba'da al-maut".

Terakhir kapan lagi kita mengerjakan ini semua, kalau kita sering menunda-nunda waktu untuk bersedekah. Marilah saudara-saudaraku, mulai sekarang kita bersiap menabung untuk bekal kita di Akhirat nanti. kita tidak tahu kapan akan dipanggil-NYA, maka dari sekaranglah kita siapkan itu semua. Bersedekahlah walau tak seberapa. Uang Rp.100 / LE.1.00 akan sangat berarti bagi mereka. Bantuan kita adalah sejuta harapan bagi mereka.

*Pecinta HAKPW


baca selengkapnya..
 
posted by iqra at 9:55 PM | Permalink | 0 comments
Suara Ketua HAKPW-Cairo
Oleh M. Amin Azhubairy*
Assalâmualaikum Wr. Wb.

Sahutan takbir yang membahana menerangi alam semesta menggetarkan jiwa yang penuh kemenangan. Kesedihan dan kegembiraan bercampur padu, membuat raga ini bagai tak mau tercoreng dosa sedikit pun. Layaknya batu krikil yang bertumpukkan dijalan, yang membuat hati ini tak dapat berkata, lisan pun tak dapat berbicara, damai dalam fitri, damai dalam kasih. Hari kemenangan mengingatkan kita tuk bangkit mengukir prestasi dalam keragaman, menyatukan langkah menggapai angan kedamaian. Semoga terjaga jiwa dan hati kami yang kembali fitri ini selalu berada dalam petunjuk ketentraman-Mu.

Selamat datang kami ucapkan kepada MABA (Mahasiswa Baru) di Negeri Kinanah ini. Kedatangan kawan-kawan baru telah lama kami nanti, untuk bersama menuntut ilmu, bersama dalam wadah HAKPW dicairo ini. Sehingga HAKPW kedepan bisa tampil lebih marak. Harafan kami, mari kita bersama-sama mewujudkan impian dan harapan orang tua kita. Menjadikan kesadaran sebagai rambu rambu arah berfikir. Memupuknya selama hayat masih dikandung badan. Menjaganya hingga tidak akan padam, tatkala mulai lebur oleh rasa egois kita. Adakah kita (pen: santri) yang tengah mengembara ini, menjalankan kesehariaan kita dengan tiada manfaat sedikit pun? Padahal waktu berjalan bak tebasan pedang, hari kemarin tak kan pernah terulangi. Allâhumma nastagîts...

Lain dari itu, saat ini adalah moment terpenting HAKPW Kairo pada sejarahnya dalam 2 tahun terakhir ini. Meskipun dulu HAKPW pernah menjadi sebuah organisasi ternama di Masiko, akan tetapi setelah kepulangan kakak-kakak kelas kita, dan generasi selanjutnya tak kunjung tiba (minim Maba), HAKPW pun berangsur-angsur sirna. Tibalah tahun 2004, dimana saya dan kawan-kawan seperjuangan datang ke Negri para Anbiyâ' ini. Dengan jumlah yang terhitung banyak, kami pun menjadi plopor bagai adik-adik kelas setealah kami, ini terbukti dengan kedatangan anggota HAKPW baru dua tahun terakhir ini. Hal bisa dikatakan istimewa bagi HAKPW sendiri (ini dikatakan kakak kelas kami dulu, yang tercatat dalam buku Agenda saya). Karena, disamping bertambahnya jumlah anggota, HAKPW pun lambat laun kembali dikenal di kalangan masisir. Disamping juga dapat membina ukhuwah yang cukup harmonis antara teman-teman HAKPW Kairo.

HAKPW hari ini bisa dirasakan bersama. Banyak sudah panutan yang memotivasi kita dalam belajar. Keberhasilan abang-abang kelas yang berhasil meraih gelar Lisence nya, juga kawan-kawan yang tiada tersendat dalam diktat kuliahnya dan duduk untuk mempelajari mata pelajaran baru. Tak lupa, bagi saudara kita yang belum berhasil. Kesempatan masih terbuka luas untuk kita jadikan pengalaman berarti dihadapan Ilahi Râbbi. Perkokohlah bahtera karena samudera itu dalam. Mari bersama kita tingkatkan keuletan dan ketekunan dengan tindakan, tidak hanya penghias bibir saja. Bismillah...

Hanya satu tujuan saya menulis, adalah mengajak para pembaca untuk merenungkan kembali kata-kata yang menurut kita bijak. Karena sering kita merasa keliru tentang kata bijak itu sendiri. "Dimana ada kemauan, disitu pasti ada jalan". Inilah kata kata yang selalu ada dikamar saya (sejak saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama). Hal itu justru membuat saya menjadi orang pandir dan dungu karena membuat saya percaya diri secara berlebihan (over confident)

Demikian, semoga Allah Swt memperkenankan kita meraih keberhasilan bersama. Amîn

*Ketua HAKPW Cairo Periode 2006-2007.

baca selengkapnya..
 
posted by iqra at 9:47 PM | Permalink | 0 comments
Menatap hari esok…!
Oleh: Khoirul Fajrie*
“Hari orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok..".

(QS. Al-Hasyr: 18)

Bersyukurlah orang-orang yang beriman. Hidupnya begitu mudah, tenang, dan membahagiakan. Kesulitan-kesulitan hidup, tak lebih hanya kerikil-kerikil ujian yang sesekali mengguncang jalan. Kadang terasa kecil, dan tak jarang lumayan besar. Besar kecil guncangan sangat berbanding lurus dari bagaimana tehnik kesiapan diri menghadapi jalan hidup.
Di antara tehnik kesiapan itu adalah kemampuan kita menata hari esok. Hidup perlu perencanaan. Kitalah yang menyiapkan, apa warna hari esok. Kelak, Allah Swt. -lah yang menentukan, apa warna yang cocok buat kita. Ketentuan Allah sang Maha Belas Kasih akan selalu yang terbaik buat sang hamba. Dan segala upaya perencanaan itu tak akan pernah sia-sia di sisi Allah. “...Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan sesungguhnya, pahala di akhirat itu leb
ih baik bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.” (QS. Yusuf: 56-57.)

Tak ada yang memisahkan antara hari ini dan esok kecuali waktu. Waktulah yang menjadikan hidup ini tak ubahnya seperti jalan ramai satu arah. Sekali tujuan terlewat, sulit untuk kembali. Saat itu, tak ada lagi yang terlihat kecuali penyesalan.
Hari esok, bagaimanapun bentuk dan warnanya, pasti akan menjumpai kita. Ia akan menjumpai kita apa adanya. Ada sebagian kita yang bergembira kala itu, tapi tak sedikit yang berduka. Semoga Allah senantiasa menganugerahi kita hari esok yang jauh lebih baik dari hari ini. Keinginan menatap hari esok yang lebih baik tentu jadi impian tiap orang. Dan itulah yang menunjukkan kalau gairah hidup seorang anak Adam masih menggeliat dalam urat nadinya dan hati nuraninya. Selebihnya, ia sudah mati sebelum ajal kematiannya telah benar-benar datang. Semangat hidup senantiasa menggiring bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini.

Hari Esok buat seorang manusia mempunyai "dua makna". Ada esok yang berarti pergantian hari atau berlalunya perjalanan waktu. Ada juga esok yang berarti dunia lain yang kelak akan dilalui siapa pun yang bernama manusia. Itulah akhirat. Di situlah segala perbekalan dibuka, diperlihatkan untuk kemudian diuji mutunya. Saat itu, tak ada kualitas yang terlepas. Dan, tak ada cacat yang bisa terlewat. Semua begitu rinci. Menengok hari esok akan memberikan dampak kuat buat hari ini. Orang akan berhati-hati menapaki hari-harinya. Ia akan menyiasati sebaik mungkin agar hari ini tidak berlalu sia-sia. Agar, hari ini tidak menjadikan dirinya terjerumus di hari esok.

Sayangnya, tak sedikit orang yang akhirnya baru menyadari bahwa sesuatu itu adalah kesempatan dan tak sedikit pula yang menyadarinya ketika kesempatan itu telah pergi. Bahkan tak jarang kepergiannya itu menyebabkan kehilangan besar. Saat itulah baru akan terasa, betapa luputnya kesempatan merupakan kerugian yang teramat besar. Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Ada dua nikmat di mana manusia banyak tertipu karenanya: kesehatan dan kesempatan.” (HR. Bukhari).

Hidup bagaikan meniti anak tangga. Semakin banyak anak tangga yang kita lalui, semakin berat beban yang kita bawa, dan semakin besar risiko jatuh. Dengan begitu, semakin jauh hari esok yang kita rencanakan, semakin matang perhitungan-perhitungan yang mesti kita siapkan. Penyesalan selalu datang kemudian. Ia bisa menghapus segala nikmat kesempatan yang telah berlalu. Dan rasanya begitu menyakitkan Jika penyesalan tak segera berubah menjadi sebuah perencanaan, maka penyesalan akan selalu muncul di hari esok. Tak ada kata terlambat buat melawan penyesalan selama nikmat kesempatan hidup masih tersedia. Seorang mukmin tak patut merundung penyesalan yang berkepanjangan. Ia harus bangkit, siap menyongsong kasih sayang Allah selanjutnya. Inilah ucapan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya yang diabadikan Al-Qur'an dalam Surah Yusuf ayat 87. “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”

Pagari hidup dengan muhasabah.
Muhasabah adalah pelengkap lain dari kesiapan seorang hamba Allah menghadapi hari esok. Boleh jadi, ada rute hidupnya yang nyaris melenceng dari rel perencanaan. Saat itulah, rute itu bisa diluruskan. Orang yang hidupnya akrab dengan muhasabah menjadikan hatinya senantiasa hidup dan terjaga. Tidak mati dan lalai. Ia selalu menghitung-hitung prestasinya di hari ini dengan kemampuannya di hari kemarin. Meningkatkah, sama, atau kian berkurang. "Beruntunglah orang yang hari ini lebih baik dari kemarin. Merugilah orang yang hari ini sama dengan kemarin. Dan celakalah mereka yang hari ini lebih buruk dari kemarin".

Umar bin Khaththab adalah di antara sahabat Rasul dan salah satu dari khulafaurrosyidin yang sukses menata hari-harinya. Di masa kekhalifahannyalah, dunia kian mengenal Islam. Dan muhasabah, adalah di antara kunci kesuksesan ketika beliau memegang tampuk kepemimpinan. Beliau r.a. pernah mengatakan, hisablah diri sebelum dihisab orang lain. Atau, evaluasilah diri, sebelum dievaluasi orang lain.

Ketika kita mampu menatap hari esok di hari ini, tataplah dengan penuh perhitungan. Karena hari ini adalah rangkaian buat hari esok. Hari kemarin telah menghilang, dan hari ini tak akan berulang. Pilihlah mutu hari esok ketika ia bisa dipilih di hari ini.

Dan jumpailah mentari pagi esok dengan senyum kesuksesan mu..!

Wa Allâhu A‘lamu bi al-Shawâb.

*Bendahara HAKPW cabang Kairo.



baca selengkapnya..
 
posted by iqra at 9:17 PM | Permalink | 0 comments
MUHASABAH

Oleh: Marsen Vending

MUHASABAH

Bahagialah orang yang selalu menghisab perilakunya

menimbang dirinya sendiri pada setiap hembusan nafasnya

Sebelum Tuhan benar-benar menghisabnya

hisablah amal terus-menerus, jangan putus asa

Dan jangan menyombongkannya

jangan merasa suci, lalu kamu membanggakannya

Jangan kamu menjadi jahil karenanya

hisablah amal terus-menerus, jangan putus asa

Apakah kamu!!! Hai temanku sudahkah melaksanakan apa

yang diperintahkan-Nya

dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya

Dan kamu tidak menyekutukan-Nya

hati nuranimu menjaga dari sifat tercela

Seperti: tamak, dengki, sombong dan riya'

maka hisablah amal terus-menerus, jangan putus asa

Maka kamu telah menyambungkan rahmah

dan tiada memutuskan siapa saja

Relakah kamu dengan apa-apa yang diberikan oleh-Nya

hiduplah dengan sederhana didunia yang fana

Pujalah Tuhanmu yang Maha Luas ampunan-Nya

carilah ridho-Nya selama ruh dalam jiwa

Wahai sahabat! Saya akan ingat kamu begitu pula

sebaliknya kamu mengingat saya, selamanya

Hisablah amal terus-menerus, jangan putus asa..





baca selengkapnya..
 
posted by iqra at 9:02 PM | Permalink | 0 comments