Tuesday, September 26, 2006
Suara Hati Ketua
Oleh M. Amin Azhubairy*
Rasa syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah menciptakan waktu. Dengan waktu inilah kita dapat melaksanakan aktifitas dan rutinitas sehari-hari. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah pada baginda nabi Muhammad Saw.
Sesungguhnya Allah Swt. tidak menciptakan hamba-Nya dengan sia-sia. Dia memerintahkan manusia untuk memahami petunjuk-Nya secara universal terperinci dan menyediakan tempat tersendiri bagi setiap kelompok. Juga diberikan kepada mereka alat
untuk memepelajari ilmu dan mengamalkannya. mulai dari hati, penglihatan dan semua panca indra lainnya sebagai nikmat dan karunianya.
Bagi saya, hidup itu bermakna, berkualitas, amanah, disiplin, juga tidak mengharapkan pujian, penghargaan, dan imbalan karena kenikmatan tidak di dapat dari besarnya pendapatan, tetapi dari apa yang dipersembahkan. Hidup ini hanyalah menunggu saat kematian. Menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong.

Hati nuraniku berkata “disini tampak adanya kejanggalan”. Teladan dan panutan yang sangat langka dalam kehidupan bermasyarakat kita, sehingga memberikan saya inspirasi untuk menulis kata bijak. Paling tidak, kita dapat menjadi panutan bagi diri sendiri, panutan bagi keluarga dan panutan bagi bawahan yang percaya kepada kita. Hal ini memang merupakan sesuatu yang urgent, namun tampaknya, masalah yang important (penting) ini belum sempat ditangani. Jika diibaratkan suatu pohon, pohon ini memperlihatkan keadaan pohon yang kering kerontang dan gundul, akibat segala macam krisis yang dialami. Krisis ilmu pengetahuan, sosial budaya, kepercayaan, kepemimpinan, bahkan akhlak dan moral. Namun inilah fakta, dimana kerja sama menjadi sekedar hiasan di bibir saja. Betapa inilah yang sekarang ini merupakan kenyataan dalam kehidupan kita berkeluarga dan bermasyarakat. Dalam keluarga kita saling membutuhkan kehangatan, dan itu hal penting. Hidup itu bukan untuk diri sendiri, hidup itu untuk saling memberi manfaat. Bukankan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Membentuk sikap prilaku kita, menata ucapan dan raut muka. Untuk itu pengaruh keluarga sangatlah besar.

Penulis bukanlah seorang ilmuwan yang intelek, tetapi seorang praktisi yang dengan rendah hati mencoba melihat, menganalisa, dan mencari pemecahan masalah melalui adanya suatu “kebutuhan”. Pondasi kehidupan keluarga adalah ajaran agama, dari sana kita mulai mempelajari sifat-sifat mulia. Kesetiaan, kasih sayang dan lain sebagainya. Keluarga adalah unit terkecil yang menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya rasa kasih sayang dan kesetiaan. Mengubah pemikiran, sikap, dan prilaku dengan Menyemai jati diri yang berarti Menemukan dan membangun jati diri. Seperti apa yang dikatakan Chinese Proverb (pepatah Tionghoa).
Jika ada cahaya didalam jiwa, akan ada keindahan didalam pribadi jika ada keindahan (kecantikan) dalam pribadi, akan ada kedamaian dalam keluarga Jika ada kedamaian (harmony) dalam keluarga, akan ada ketertiban dalam masyarakat jika ada ketertiban didalam keluarga dan masyarakat maka akan tercipta suatu kedamaian dan ketentraman di dalam dunia.

Pembaca yang di cintai Allah!
Keberhasilan kita menjadi seorang insan madani adalah harapan dan keinginan, maka kesungguhan diri kitapun mesti kita persiapkan dalam merubah keburukan yang ada menjadi sesuatu yang bernilai.

Seiring hal ikhwal tersebut, beberapa waktu lalu pergantian kepengurusan HAKPW telah kita laksanakan. Kegiatan rutinitas keorganisasian yang sudah biasa dilakukan. Namun tak bisa dilepaskan dalam tatanan organisasi dan mekanismenya, Manfaat, perkembangan dan kemajuan yang bisa diberikan bukan sekedar dari ekspresi dan formalitas, melainkan kinerja yang efektif dan maksimal. Kesetiaan, kasih sayang serta sikap saling membutuhkanlah yang mudah mudahan bisa merombak wadah HAKPW ini ke depan. Insya Allah.
*Ketua HAKPW Periode 2006-2007
 
posted by iqra at 4:47 AM | Permalink |


1 Comments: