Oleh : Yusnelma Eka*
Zakariyya al-Razi atau singkatnya al-Razi merupakan penulis Muslim pertama yang mengarang tentang masalah medis. Ia juga seorang ahli Kimia yang belajar dan bekerja di Baghdad di bawah bimbingan salah seorang murid Hunayn bin Ishak (809-877 M). Selama hidupnya al-Razi telah banyak mengarang karya-karya ilmiah. Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Comprehensive Book" yang mencakup semua pengetahuan medis Timur Tengah, India dan Yunani. Nama lengkapnya adalah Abû Bakar Muhammad Ibnu Zakariyya al-Râzî, sedang di Barat cukup di kenal dengan nama sebutan Razhes.
Al-Razi merupakan saintis pertama yang berhasil mengklasifikasikan berbagai macam zat Kimia ke dalam tiga bagian yakni: mineral-mineral, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Pengelompokan ini di dasarkan pada asumsi bahwa hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan juga mengandung serta tersusun dari unsur-unsur Kimia. Untuk itu, coba kita bandingkan, misalnya dengan klasifikasi versi Jabîr Ibnu Hayyan yang bagianya menjadi: tubuh, nyawa dan akal. Menurut konsepsi al-Razi di atas golongan logam di bagi lagi menjadi: jiwa, tubuh, batu, vitriol, borax dan garam. Benda-benda yang mudah menguap (volatile) dan yang sulit (non-volatile) pun di pisahkannya. Volatile masuk ke dalam golongan tubuh, sedang yang non-volatile masuk ke golongan jiwa atau spirit. Spirit di sini meliputi Sulpur (S), Mercury (Hg), Arsenic (As) dan Salmiac (batu bara, ragi dan zat lemak).
Ia termasuk salah seorang yang terampil melakukan proses-proses Kimia seperti misalnya distilasi, kristalisasi, filtrasi, sublimasi, kalsinasi, sintesa-sintesa serta berbagai macam analisis lainnya. Begitu pula proses-proses khusus untuk keperluan penimbangan.
Selain itu, al-Razi juga banyak menulis buku tentang materi, ruang, nutrisi, waktu, gerak optik, iklim serta alkemi. Dalam lapangan Kimia, salah satu karyanya yang berjudul "Al-Kimia" merupakan buku acuan penting dalam ilmu Kimia.
Selama masa hidupnya, al-Razi mengarang buku-buku ilmiah yang judulnya tak kurang dari 200 buah. Salah satu diantaranya adalah "Al-Hawi" (buku menyeluruh) yang terdiri dari dua julid. Karya ini lebih dianggap sebagai buku induk dalam bidang kedokteran. Agaknya "Al-Hawi" lah yang merupakan karyanya yang terbesar dan luas sesuai dengan namanya. Buku ini di anggap pula sebagai intisari ilmu-ilmu Yunani, Syiria dan Arab. Disamping itu ia pun sertakan dalam bukunya hasil rangkuman ilmu-ilmu kedokteran yang telah ia baca, ia catat, lalu kemudian ia uji keabsahan dan kebenarannya dengan experiment.
Kurang lebih setengah abad setelah wafatnya buku tersebut baru di jumpai dua jilid dan jauh sesudahnya baru ditemukan dalam berbagai Musium di Eropa. Istana-istana Kristen Eropa ketika itu mempunyai perhatian besar akan buku tersebut dan merasakan betapa pentingnya bagi para tabib yang di tugaskan untuk menjaga kesehatan keluarga raja-raja. Bahkan raja Charles I dari Anyou bersaudara dari St Louis pejuang perang Salib dan Raja Napels memerintahkan agar "Al-Hawi" di terjemahkan ke dalam bahasa Latin, bahasa resmi ilmu pengetahuan Eropa waktu itu. Penerjemahan di lakukan oleh seorang Dokter Sicilia, Faray Ibnu Salîm bersama dengan Gir Farragut. Salinannya di bubuhi nama-nama yang sesuai dengan keagungan buku ini yakni Continens. Di Eropa terkenal dengan Continent yakni buku yang dapat di pakai untuk seluruh Benua. Dari salinan inilah orang Eropa mengetahui kebesaran dan keagungan Dokter Muslim Razi.
Penemu air raksa dan peneliti cacar
Air Raksa (Hg) yang banyak digunakan dalam dunia kedokteran merupakan hasil penemuan al-Razi. Padahal di Eropa Hg dan Mercury tersebut baru dikenal pada masa Czar Rusia Alexei Mikhailovitsy (1629-1676 M) yang memerintah pada 1645-1676 M.
Buku lain karangannya adalah sebuah ensiklopedi kedokteran yang terdiri dari 10 jilid lebih. Jilid ke-9 buku ini bersama dengan "Al-Qanûn Fî al-Thibb" karya Ibnu Sina, hingga abad ke-16 M. masih merupakan dasar dari kuliah-kuliah tentang kedokteran di universitas-universitas di Eropa. Di samping itu ia pulalah yang mencurahkan segenap pikiran untuk mendiagnosa penyakit cacar, serta menulis buku mengenai anak-anak dan telah menggunakan infeksi urethral (saluran kencing dan sperma).
Dalam salah satu karyanya al-Razi memberikan informasi yang sangat menarik perhatian para peneliti yaitu tentang small-pox (penyakit cacar). Untuk jasa ini ia dianggap sebagai sarjana yang mula-mula meneliti penyakit tersebut. Ia membedakan penyakit ini menjadi cacar air (Variola) dan cacar merah (Rougella). Seton (tumpal muka) merupakan pula hasil penemuan al-Razi. Buku "Al-Asrâr" (rahasia-rahasia) adalah salah satu karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard dari Cremona pada abad ke-12 M. Buku ini sampai abad ke-19 M. Menurut Dr. Gustave Le Bon dalam salah satu karangannya masih tetap menjadi buku pegangan praktikum kedokteran.
Al-Razi pula yang pertama kali melakukan pengobatan khas dengan pemanasan saraf, ia mengemukakan kai, yakni pengobatan yang mirip dengan cara Akupuntur (sekarang telah amat populer), dengan cara menusukan noktah-noktah tertentu pada tubuh dengan besi-besi yang pipih runcing dan telah dipanaskan dengan minyak mawar atau minyak cendana. Dalam buku ini al-Razi memaparkan pula berbagai macam luka serta penggunaan kayu pengapit dan cendana (spalk) untuk keperluan patah tulang. Lebih jauh lagi ia menguraikan tentang sakit perut yang disebut batr (potong) dan fatq (koyak). Ia tidak menggunakan penyakit tersebut sebagai koyak (rupture,inflishaman) melainkan sebagai akibat memuainya pembuluh darah kelambung dan khasyiah-nya.
*Alumni 38 PP. Wali Songo
Fajar 1 Syawal telah menyingsing di ufuk timur, lantunan "Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar" bergema di jagad alam raya ini. Takbir, Tahmid, dan Tahlil tak henti-hentinya dilantunkan umat Islam sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang tak terhingga, yaitu syukur setelah sebulan penuh kita di tempa dalam Madrasah Ramadhan yang sarat nilai dan makna. Kita sebagai insan Muslim, dengan wajah yang cerah melangkahkan kaki menuju Masjid atau lapangan untuk melaksanakan shalat Ied berjamaah, setelah usai shalat kita berjabat tangan saling bermaaf-maafan yang bertujuan untuk menghapus segala kesalahan yang ada diantara sesama Muslim, baik yang disengaja atau tidak di sengaja.
Begitu agung pesan-pesan Ramadhan yang hendak Allah sampaikan kepada insan yang beriman, melalui beragam 'amaliyah 'ubudiyah seperti shaum, shalat tarawih, tilawah Al-Qur'an, sedekah, zakat, dan i'tikaf, karena Allah Swt. ingin agar pesan-pesan Ramadhan itu kita tangkap, hayati, dan diaktualisasikasn dalam keseharian hidup kita sehingga kita semua diharapkan menjadi insan yang bertakwa.
Sekarang kita telah menggapai kemenangan itu, kemenangan Idul Fitri, yang berarti kembali kepada kesucian (fitrah).hal ini merupakan puncak pencapaian spiritualitas yang sangat kita damba dan tentunya membahagiakan diri kita sebagai Muslim. Akan tetapi kita perlu merenung sejenak. Sudahkah kita meraih tujuan dari shaum Ramadhan kita? Sudahkah kita memperoleh penyucian jiwa (tazkiyatun-Nafs) yang selama 11 bulan terlumuri oleh berbagai kotoran, noda, dan dosa yang telah mereduksi nilai kemanusiaan kita? hanya diri kita pribadi yang bisa menjawab pertanyaan diatas. So pasti kita tidak ingin Ramadhan ini menjadi ritual tahunan yang kosong tanpa makna, kita tidak ingin ibadah Ramadhan ini seperti tong kosong yang nyaring bunyinya, karena kita tidak tau apakah kita masih diizinkan oleh-Nya untuk bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan? Boleh jadi usia kita hanya tinggal hari ini atau detik ini, berprinsiplah "hanya hari ini aku hidup". Jika memang hanya hari ini kita masih bisa bernafas kenapa kita harus mengakhirkan waktu shalat, merasa dengki, berghibah, tidak menolong orang yang membutuhkan, menunda-nunda untuk mengintrospeksi diri dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sebenarnya bisa kita lakukan saat itu juga.
Kita tahu bagaimana keadaan bangsa kita tercinta saat ini, begitu banyak ujian yang menimpa bangsa Indonesia. Jauh sebelum Ramadhan, bencana demi bencana susul menyusul; krisis moral, krisis moneter, krisis sumber daya alam hingga krisis iman pun melanda para generasi Islam bangsa kita. Disamping itu bencana kemanusiaan pun datang; kerusuhan, kelaparan serta tragedi kemanusian lainya menjamur dimana-mana. Ramadhan semestinya menjadi bulan perenungan, bulan introspeksi. Dengan hanya bersedih saja tidak akan membawa hasil apa-apa, Kesabaranlah yang seharusnya menjadi sikap, disamping muhasabah untuk senantiasa merubah diri menjadi lebih baik. karena dengannya akan jiwa manusia secara fitrah akan merasa lebih damai. Ketabahan akan lebih memberikan hal-hal positif dari pada kelemahan
Mari kita jadikan Idul fitri sebagai momentum untuk melakukan koreksi menyeluruh terhadap berbagai praktek kehidupan sosial keagamaan dan kemasyarakatan kita. Agar bangsa Indonesia kembali ke fitrah. Kembali kepada Indonesia yang bercita-cita luhur. Seiring dengan cita-cita mulia para pahlawannya. Indonesia tanah air kita bersama.
*Mahasiswi tk II fak. Bahasa Arab
Sahutan takbir yang membahana menerangi alam semesta menggetarkan jiwa yang penuh kemenangan. Kesedihan dan kegembiraan bercampur padu, membuat raga ini bagai tak mau tercoreng dosa sedikit pun. Layaknya batu krikil yang bertumpukkan dijalan, yang membuat hati ini tak dapat berkata, lisan pun tak dapat berbicara, damai dalam fitri, damai dalam kasih. Hari kemenangan mengingatkan kita tuk bangkit mengukir prestasi dalam keragaman, menyatukan langkah menggapai angan kedamaian. Semoga terjaga jiwa dan hati kami yang kembali fitri ini selalu berada dalam petunjuk ketentraman-Mu.
Selamat datang kami ucapkan kepada MABA (Mahasiswa Baru) di Negeri Kinanah ini. Kedatangan kawan-kawan baru telah lama kami nanti, untuk bersama menuntut ilmu, bersama dalam wadah HAKPW dicairo ini. Sehingga HAKPW kedepan bisa tampil lebih marak. Harafan kami, mari kita bersama-sama mewujudkan impian dan harapan orang tua kita. Menjadikan kesadaran sebagai rambu rambu arah berfikir. Memupuknya selama hayat masih dikandung badan. Menjaganya hingga tidak akan padam, tatkala mulai lebur oleh rasa egois kita. Adakah kita (pen: santri) yang tengah mengembara ini, menjalankan kesehariaan kita dengan tiada manfaat sedikit pun? Padahal waktu berjalan bak tebasan pedang, hari kemarin tak kan pernah terulangi. Allâhumma nastagîts...
Lain dari itu, saat ini adalah moment terpenting HAKPW Kairo pada sejarahnya dalam 2 tahun terakhir ini. Meskipun dulu HAKPW pernah menjadi sebuah organisasi ternama di Masiko, akan tetapi setelah kepulangan kakak-kakak kelas kita, dan generasi selanjutnya tak kunjung tiba (minim Maba), HAKPW pun berangsur-angsur sirna. Tibalah tahun 2004, dimana saya dan kawan-kawan seperjuangan datang ke Negri para Anbiyâ' ini. Dengan jumlah yang terhitung banyak, kami pun menjadi plopor bagai adik-adik kelas setealah kami, ini terbukti dengan kedatangan anggota HAKPW baru dua tahun terakhir ini. Hal bisa dikatakan istimewa bagi HAKPW sendiri (ini dikatakan kakak kelas kami dulu, yang tercatat dalam buku Agenda saya). Karena, disamping bertambahnya jumlah anggota, HAKPW pun lambat laun kembali dikenal di kalangan masisir. Disamping juga dapat membina ukhuwah yang cukup harmonis antara teman-teman HAKPW Kairo.
HAKPW hari ini bisa dirasakan bersama. Banyak sudah panutan yang memotivasi kita dalam belajar. Keberhasilan abang-abang kelas yang berhasil meraih gelar Lisence nya, juga kawan-kawan yang tiada tersendat dalam diktat kuliahnya dan duduk untuk mempelajari mata pelajaran baru. Tak lupa, bagi saudara kita yang belum berhasil. Kesempatan masih terbuka luas untuk kita jadikan pengalaman berarti dihadapan Ilahi Râbbi. Perkokohlah bahtera karena samudera itu dalam. Mari bersama kita tingkatkan keuletan dan ketekunan dengan tindakan, tidak hanya penghias bibir saja. Bismillah...
Hanya satu tujuan saya menulis, adalah mengajak para pembaca untuk merenungkan kembali kata-kata yang menurut kita bijak. Karena sering kita merasa keliru tentang kata bijak itu sendiri. "Dimana ada kemauan, disitu pasti ada jalan". Inilah kata kata yang selalu ada dikamar saya (sejak saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama). Hal itu justru membuat saya menjadi orang pandir dan dungu karena membuat saya percaya diri secara berlebihan (over confident)
(QS. Al-Hasyr: 18)
Bersyukurlah orang-orang yang beriman. Hidupnya begitu mudah, tenang, dan membahagiakan. Kesulitan-kesulitan hidup, tak lebih hanya kerikil-kerikil ujian yang sesekali mengguncang jalan. Kadang terasa kecil, dan tak jarang lumayan besar. Besar kecil guncangan sangat berbanding lurus dari bagaimana tehnik kesiapan diri menghadapi jalan hidup.
Di antara tehnik kesiapan itu adalah kemampuan kita menata hari esok. Hidup perlu perencanaan. Kitalah yang menyiapkan, apa warna hari esok. Kelak, Allah Swt. -lah yang menentukan, apa warna yang cocok buat kita. Ketentuan Allah sang Maha Belas Kasih akan selalu yang terbaik buat sang hamba. Dan segala upaya perencanaan itu tak akan pernah sia-sia di sisi Allah. “...Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan sesungguhnya, pahala di akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.” (QS. Yusuf: 56-57.)
Tak ada yang memisahkan antara hari ini dan esok kecuali waktu. Waktulah yang menjadikan hidup ini tak ubahnya seperti jalan ramai satu arah. Sekali tujuan terlewat, sulit untuk kembali. Saat itu, tak ada lagi yang terlihat kecuali penyesalan.
Hari esok, bagaimanapun bentuk dan warnanya, pasti akan menjumpai kita. Ia akan menjumpai kita apa adanya. Ada sebagian kita yang bergembira kala itu, tapi tak sedikit yang berduka. Semoga Allah senantiasa menganugerahi kita hari esok yang jauh lebih baik dari hari ini. Keinginan menatap hari esok yang lebih baik tentu jadi impian tiap orang. Dan itulah yang menunjukkan kalau gairah hidup seorang anak Adam masih menggeliat dalam urat nadinya dan hati nuraninya. Selebihnya, ia sudah mati sebelum ajal kematiannya telah benar-benar datang. Semangat hidup senantiasa menggiring bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini.
Hari Esok buat seorang manusia mempunyai "dua makna". Ada esok yang berarti pergantian hari atau berlalunya perjalanan waktu. Ada juga esok yang berarti dunia lain yang kelak akan dilalui siapa pun yang bernama manusia. Itulah akhirat. Di situlah segala perbekalan dibuka, diperlihatkan untuk kemudian diuji mutunya. Saat itu, tak ada kualitas yang terlepas. Dan, tak ada cacat yang bisa terlewat. Semua begitu rinci. Menengok hari esok akan memberikan dampak kuat buat hari ini. Orang akan berhati-hati menapaki hari-harinya. Ia akan menyiasati sebaik mungkin agar hari ini tidak berlalu sia-sia. Agar, hari ini tidak menjadikan dirinya terjerumus di hari esok.
Sayangnya, tak sedikit orang yang akhirnya baru menyadari bahwa sesuatu itu adalah kesempatan dan tak sedikit pula yang menyadarinya ketika kesempatan itu telah pergi. Bahkan tak jarang kepergiannya itu menyebabkan kehilangan besar. Saat itulah baru akan terasa, betapa luputnya kesempatan merupakan kerugian yang teramat besar. Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Ada dua nikmat di mana manusia banyak tertipu karenanya: kesehatan dan kesempatan.” (HR. Bukhari).
Hidup bagaikan meniti anak tangga. Semakin banyak anak tangga yang kita lalui, semakin berat beban yang kita bawa, dan semakin besar risiko jatuh. Dengan begitu, semakin jauh hari esok yang kita rencanakan, semakin matang perhitungan-perhitungan yang mesti kita siapkan. Penyesalan selalu datang kemudian. Ia bisa menghapus segala nikmat kesempatan yang telah berlalu. Dan rasanya begitu menyakitkan Jika penyesalan tak segera berubah menjadi sebuah perencanaan, maka penyesalan akan selalu muncul di hari esok. Tak ada kata terlambat buat melawan penyesalan selama nikmat kesempatan hidup masih tersedia. Seorang mukmin tak patut merundung penyesalan yang berkepanjangan. Ia harus bangkit, siap menyongsong kasih sayang Allah selanjutnya. Inilah ucapan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya yang diabadikan Al-Qur'an dalam Surah Yusuf ayat 87. “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”
Pagari hidup dengan muhasabah.
Muhasabah adalah pelengkap lain dari kesiapan seorang hamba Allah menghadapi hari esok. Boleh jadi, ada rute hidupnya yang nyaris melenceng dari rel perencanaan. Saat itulah, rute itu bisa diluruskan. Orang yang hidupnya akrab dengan muhasabah menjadikan hatinya senantiasa hidup dan terjaga. Tidak mati dan lalai. Ia selalu menghitung-hitung prestasinya di hari ini dengan kemampuannya di hari kemarin. Meningkatkah, sama, atau kian berkurang. "Beruntunglah orang yang hari ini lebih baik dari kemarin. Merugilah orang yang hari ini sama dengan kemarin. Dan celakalah mereka yang hari ini lebih buruk dari kemarin".
Umar bin Khaththab adalah di antara sahabat Rasul dan salah satu dari khulafaurrosyidin yang sukses menata hari-harinya. Di masa kekhalifahannyalah, dunia kian mengenal Islam. Dan muhasabah, adalah di antara kunci kesuksesan ketika beliau memegang tampuk kepemimpinan. Beliau r.a. pernah mengatakan, hisablah diri sebelum dihisab orang lain. Atau, evaluasilah diri, sebelum dievaluasi orang lain.
Ketika kita mampu menatap hari esok di hari ini, tataplah dengan penuh perhitungan. Karena hari ini adalah rangkaian buat hari esok. Hari kemarin telah menghilang, dan hari ini tak akan berulang. Pilihlah mutu hari esok ketika ia bisa dipilih di hari ini.
Dan jumpailah mentari pagi esok dengan senyum kesuksesan mu..!
Wa Allâhu A‘lamu bi al-Shawâb.
*Bendahara HAKPW cabang Kairo.
Oleh: Marsen Vending
MUHASABAH
Bahagialah orang yang selalu menghisab perilakunya
menimbang dirinya sendiri pada setiap hembusan nafasnya
Sebelum Tuhan benar-benar menghisabnya
hisablah amal terus-menerus, jangan putus asa
Dan jangan menyombongkannya
jangan merasa suci, lalu kamu membanggakannya
Jangan kamu menjadi jahil karenanya
hisablah amal terus-menerus, jangan putus asa
Apakah kamu!!! Hai temanku sudahkah melaksanakan apa
yang diperintahkan-Nya
dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya
Dan kamu tidak menyekutukan-Nya
hati nuranimu menjaga dari sifat tercela
Seperti: tamak, dengki, sombong dan riya'
maka hisablah amal terus-menerus, jangan putus asa
Maka kamu telah menyambungkan rahmah
dan tiada memutuskan siapa saja
Relakah kamu dengan apa-apa yang diberikan oleh-Nya
hiduplah dengan sederhana didunia yang fana
Pujalah Tuhanmu yang Maha Luas ampunan-Nya
carilah ridho-Nya selama ruh dalam jiwa
Wahai sahabat! Saya akan ingat kamu begitu pula
sebaliknya kamu mengingat saya, selamanya
Hisablah amal terus-menerus, jangan putus asa..