
"Perumpamaan orang yang meninginfakkan hartanya dijalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah maha luas, dan maha mengetahui" (al-Baqarah). Dalam firman yang lainnya "Dan perumpamaan orang menginfakkan hartanya untuk mencari ridho Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak didataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahhan dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan" (al-Baqarah).
Shubhânallâhi wa al-hamdulillâhi wa lâ ilâha illallâhuwallâhu Akbar. Maha suci Allah segala puji baginya dan sungguh tidak ada tuhan selain Allah yang maha besar. Begitu besar ni'mat Allah yang diberikan pada kita tanpa kita sadari, sehingga pekerjaan apapun yang kita kerjakan seharian dapat terlaksana dengan baik. jika kita mau renungi, sebenarnya apa yang ada dalam diri kita sangat mahal harganya. Organ tubuh sebagai contoh kecilnya, yang tidak bisa dibayar dengan uang jutaan rupiah hatta dengan materi apapun. Mengapa tidak bisa? coba bayangkan apakah anda mau dibayar dengan harga 100 juta atau satu milyar dengan syarat rela melepaskan 2 biji mata yang kilau warnanya nan indah yang anda miliki? atau anda mendapat ta'min (baca: jaminan) biaya hidup selama tujuh turunan dengan syarat kedua ginjal anda yang sempurna itu diambil sebagai penggantinya? tentu penulis yakin kita semua pun tidak ingin seperti itu.
Maka, marilah kita banyak bersyukur dengan apa yang kita miliki pada saat ini, karena belum tentu apa yang kita miliki saat ini dapat dimiliki oleh orang lain. Biarkan orang lain bahagia dengan apa yang ia miliki karena Allah Swt. telah menetapkan nasib setiap hambanya. Tapi apakah dengan duduk diam menerima ketetapan-NYA itu baik menurut syara'? terus bagaimana dengan saudara kita yang ditakdirkan oleh-NYA menjadi faqir apakah kita biarkan begitu saja dengan alasan "itulah takdirnya!" sedangkan kita saat ini cukup bahagia dengan harta titipan-NYA? Berinfak..,ya hanya dengan cara infaklah kita dapat membantu mereka yang sangat membutuhkan bantuan dari kita guna membiayai hidup mereka. Begitu banyak saudara-saudara kita yang masih manggantungkan biaya hidup dengan memungut sampah-sampah dipinggiran jalan, mengamen dengan mengandalkan sepotong kayu yang diselipkan tutupan-tutupan botol, ironisnya yang melakukan pekerjaan tersebut adalah anak-anak dibawah umur, yang notabene seharusnya merasakan bangku sekolah dan kasih sayang orang tuanya. Dimana letak rasa moral kita ketika itu semua dihadapkan pada diri kita?
Ada sebuah kisah menarik tentang seorang anak miskin yang belum membayar tagihan iuran bulanan Sekolah selama 6 bulan lamanya, pada hari ketika ia dipanggil oleh Kepala Sekolah guna menanyakan tentang sebab tunggaan iuran tersebut, dengan penuh iba sang anak berkata "Bukan saya ingin semuanya ini terjadi pada diri saya, tapi takdirlah yang menentukan ini semuanya pak! orang tua saya tidak mampu membayar bulanan". Tersentak hati sang guru, maka disuruh pulanglah anak yang dihadapannya. Sepulang dari Sekolah si anak tadi mengadu peristiwa tersebut kepada ibunya, maka sang Ibu pun dengan sentak mengatakan "Mari nak besok kita akan membayar tagihan iuranmu". Legalah hati anak saat itu, meski ada pertannyan mengganjal di hatinya "Dari mana Ibu dapat uang untuk bayar iuran?". Keesokan harinya sang Ibu dan anaknya pergi ke Sekolah dengan membawa buku iuran bulanan yang telah kusam warnanya, namun kosong tanpa ada tanda kelunasan satu bulan pun. Belum sempat sampai di Kantor Administrasi sekolah, mereka berdua dihadang oleh seorang Ibu tua renta dengan membawa anaknya yang juga kebetulan sekolah di tempat itu. Dengan tidak basa-basi si ibu yang renta itu pun berkata kepada Ibu si anak tersebut "Buk! anak saya belum membayar iuran sekolahnya selama satu tahun lamanya sehingga sering kali diperingati oleh sekolah untuk tidak lebih dari satu tahun, apakah boleh saya pinjam uang ibu walaupun hanya bisa untuk membayar satu atau dua bulan saja?" maka sang Ibu itupun menjawab "Nasib kita juga sama buk, tapi bedanya anak saya hanya belum membayar sampai enam bulan saja", dengan penuh ikhlas sang ibu memberikan uangnya sebesar Rp. 50.000 yang direncanakan untuk membayar tagihan iuran anaknya. Merujuk kembali dengan ayat diatas. Selang berapa hari setelah kejadian tersebut anak tersebut dipanggil oleh gurunya guna mewakili Sekolah mengikuti final cerdas cermat tingkat Kabupaten. Sebenarnya sudah ada perwakilannya tapi karena salah satu dari mereka sakit dan tidak bisa mengikuti final, maka anak itupun yang menggantikannya. Tiba waktu perlombaan, akhirnya mereka pulang dengan membawa kemenangan. Ia pun mendapatkan hadiah berupa beasiswa selama pendidikan sekolahnya selesai. Subhanallâh tidak disangka dengan hanya menginfakkan beberapa uang yang kita miliki kepada yang lebih membutuhkan, maka balasannya pun berlipat ganda dari yang ia berikan sebelumnya "Sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janjinya". Siapa yang menyangka anak tersebutlah yang dipilih oleh sekolah untuk menggantikan temannya yang sakit, padahal ia tidak terlalu pintar dimata para gurunya dan teman-temannya. Siapakah yang mengatur ini semua? Penulis yakin dan kita pun sepakat tentulah Allah Swt. yang mengatur ini semua. Inilah yang dinamakan "THE POWER OF GIVING".
Dari sepotong cerita tersebut dapat kita ambil intisari, bahwa orang yang bersedekah akan mendapatkan limpahan rizki dan berkah sesuai dengan apa yang ia kerjakan bahkan dilipat gandakan. Dan bukan itu saja, bersedekah selain bertujuan untuk ibadah sosial, ia pun dapat menjadi penghalang seseorang dari bahaya. logikanya jika seseorang dikenal sebagai dermawan maka ia pun dipandang masyarakat lebih baik dari pada yang lainnya, sehingga semakin banyak orang lain menyukainya maka ia pun jauh dari bahaya. Begitu juga sebaliknya."Alkaysu man dâna nafsan wa 'amila mâ ba'da al-maut".
Terakhir kapan lagi kita mengerjakan ini semua, kalau kita sering menunda-nunda waktu untuk bersedekah. Marilah saudara-saudaraku, mulai sekarang kita bersiap menabung untuk bekal kita di Akhirat nanti. kita tidak tahu kapan akan dipanggil-NYA, maka dari sekaranglah kita siapkan itu semua. Bersedekahlah walau tak seberapa. Uang Rp.100 / LE.1.00 akan sangat berarti bagi mereka. Bantuan kita adalah sejuta harapan bagi mereka.
*Pecinta HAKPW